fhg

fhg

Maf'ul mutlaq



BAB  MAF’UL  MUTHLAQ
المَفْعُولُ الْمُطْلَقُ هُوَ : المَصْدَرُ الْفُضْلَةُ الْمُؤَكَّدُ لِعَامِلِهِ اَوْ الْمُبَيِّنُ لِنَوْعِهِ اَوْ عضدَدِهِ .
Maf’ul muthlaq adalah mashdar yang fudhlah yang berfaedah menguatkan amilnya atau menyatakan bagi nok amil (macam amil ) atau menyatakan bilangan amil.
Penjelasan definisi
الْفُضْلَةُ وَهِيَ الَّتِيْ لاَ تَكُوْنُ عُمْدَةً فِي الْكَلاَمِ لاَ اَنَّهَا الَّتِيْ لاَ يَحْتَاجُ الَيْهَا .
Maksud dengan fudhlah ialah suatu kalimat yang bukan umdah pada kalam, bukanlah artinya sesuatu yang yang tidak dibutuhkan kepadanya.Maka keluarlah seumpama contoh :
جِدَّ جِدُّهُ , رُكُوْعُكَ رُكُوْعَ حَسَنٍ , ضَرْبُكَ ضَرْبَ شَدِيْدٍ .
Karena mashdar pada contoh tersebut adalah ‘umdah  sehingga tidak boleh dibuangkan.
الْمُؤَكَّدُ لِعَامِلِهِ بِاَنْ لَمْ يَزِدْ مَدْلُوْلُهُ عَلَى مَدْلُوْلِ عَامِلِهِ اِذَا كَانَ مَدْلُوْلُهُ مَصْدَرًا وَاِلاَّ فَالْمَصْدَرُ الْمَفْهُوْمُ مِنْهُ.
Maksud dengan menguatkan amilnya adalah tidak lebihnya madlul mashdar diatas madlul amilnya  apabila amilnya berupa kalimat mashdar  dan jika amilnya  bukan mashdar maka amilnya  adalah mashdar yang dipahami dari amilnya.
Contoh mashdar yang menguatkan bagi amil :
اَعْجَبَنِي ضَرْبَكَ لِزَيْدٍ ضَرْب lafaz ضَرْبًا merupakan maf’ul mutlak yang menguatkan bagi amilnya yaitu lafaz  ضَرْبً sebelumnya.
Contoh mashdar yang menguatkan bagi mashdar yang menguatkan bagi mashdar yang diahami dari amilnya : وَكَلًّمَ اللَّهُ مُوْسَى تَكْلِيْمًا , ضَرَبْتُ ضَرْبًا 
اَوْ الْمُبَيِّنُ لِنَوْعِهِ ِبِاَنْ دَلَّ عَلَى هَيْئِةِ صُوْرَةِ الْفِعْلِ فَيُفِيْدُ زِيَادَةً عَلَى التَّوْكِيْدِ .
Maksud dengan menyatakan bagi nok amil (macam amil) adalah mashdarnya menunjukkan diatas keadaan bentuk fi’il sehingga berfaedah bertambah diatas taukid. Menyatakan bagi nok amil terbagi tiga,yaitu :
1.     Dengan idhafah ,seperti : فَاَخَذْنَاهُمْ اَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ , ضَرَبْتُ زَيْدًا ضَرْبَ الْأَمِيْرِ
2.     Dengan lam ‘ahdi ,seperti : ضَرَبْتُ الضَّرْبَ

3.     Dengan shifat beserta menyebutkan maushuf ,seperti :جَلَسْتُ جُلُوْسًا حَسَنًا  ,atau beserta membuang maushuf ,seperti :اَنْ اَعْملَ صَالِحًا اَيْ عَمَلاً صَالِحًا  .
اَوْ عَدَدِهِ اَيْ عَدَدِ العَامِلِ بِاَنْ دَلَّ مَرَّاتِ صُدُوْرِ الْفِعْلِ .
Maksud dengan menyatakan bilangan amil adalah mashdarnya menunjukkkan diatas beberapa terjadinya perbuatan .
Contoh : فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً , ضَرَبْتُ زَيْدًا ضَرْبَتَيْنِ
Maf’ul mutlak terbagi dua :
1)    Lafdzi
Yaitu jika sesuai mashdar dengan lafaz fi’ilnya (amilnya).Amilnya adakala fi’il ,seperti : جَلَسْتُ جُلُوْسًا حَسَنًا  ,atau washaf ,seperti : وَالصَّافَاتُ صَفَّا   ,atau mashdar ,seperti :سَيْرُكَ السَّيْرَ الْحَثِيْثَ مُتَّعِبٌ  . Maksud dengan sesuai adalah bersatunya maddah mashdar dan maddah amilnya.
2)    Ma’nawi
Dengan membinakan bahwa mashdar ma’nawi manshub dengan fi’il yang disebutkan yang sesuai baginya pada makna walaupun berbeda pada lafaz sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajib dan Ibnu Malik karena mengikuti ulama Kufiyun. Sedangkan menurut mazhab Sibawaihi dan Jumhur “bahwa mashdar ma’nawi manshub dengan amil yang ditakdirkan yang diambilkan dari lafaznya ,seperti : قُمْتُ وُقُوْفًا maka yang menasabkan lafaz وُقُوْفًا adalah fi’il yang ditakdirkan yaitu : قُمْتُ وَوَقَفْتُ وُقُوْفًا
Mashdar ma’nawi yaitu jika sesuai mashdar dan amilnya pada makna ketiadaan pada lafaz.
Contoh : جَلسْتُ قُعُوْدًا , قُمْتُ وُقُوْفًا
Definisi mashdar
(المَصْدَرُ هُوَ اِسْمُ الْحَدْثِ) اَيْ اِسْمٌ يَدُلُّ عَلَى الحَدْثِ (الْجَارِي عَلَى الفِعْلِ) اَي الْمُشْتَمِلِ عَلَى جَمِيْعِ حُرُوْفِ الْفِعْلِ لَفْظًا اَوْ تَقْدِيْرًا (الصَّادِرِ مِنَ الْفَاعِلِ )  
Mashdar adalah isim yang menunjuki diatas makna yang berdiri dengan lainnya yang melengkapi atas sekalian huruf-huruf  fi’il yang terjadi makna tersebut dari fa’il,seperti :قَعَدْتُ قُعُوْدًا  ,atau berdiri dengan zat sifa’il,seperti :مَاتَ مَوْتًا  .Melengkapi tersebut baik pada lafaz ,seperti :ضَرْبٌ , اِكْرَامٌ  atau pada takdir ,seperti :قِتَالٌ  .
Sedangkan isim mashdar adalah isim yang menunjuki diatas hudust (makna yang berdiri degan lainnya) tetapi tidak melengkapi diatas sekalian huruf-huruf fi’il, seperti lafaz :العِطَاءِ , الوُضُوْءِ , الغُسْلِ  tiap-tiap lafaz tersebut dikatakan dengan isim mashdar karena sunyi dari sebagian huruf fi’il . Maka mashdar dari lafaz الغُسْلُ  adalah اِغْتِسَالُ  ,dan mashdar dari lafaz الوُضُوْءِ adalah تَوَضُّؤٌ  dan mashdar dari lafaz العِطَاءِ adalah إِعْطَاءٌ .
Definisi mashdar yang mudah dipahami oleh simubtadi (pemula belajar) adalah:
المَصْدَرُ هُؤَ : الَّذِي يَجِئُ ثَالِثًا فِي تَصْرِيْفِ الْفِعْلِ
Contoh : ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا
Dan terkadang dinasabkan beberapa perkara diatas maf’ul muthlaq walaupun bukan kalimat mashdar karena menunjukinya diatas mashdar.Hal tersebut berlaku diatas jalan niyabah (gantian) dari mashdar. Menurut sebagian ulama : jumlahnya ada dua puluh satu ,namun mushannif disini Cuma membatasi atas tiga saja,karena mengisyaratkan bahwa  kalimat yang menggantikan mashdar dan dinasabkan sebagai maf’ul muthlaq tidak keluar dari tiga pembagian,yaitu : menguatkan amil ,menyatakan bagi nok ,dan menyatakan bagi bilangan .
1.     Lafazكُلُّ  danبَعْضُ  yang di_idhafahkan kepada mashdar.
Contoh : فَلاَ تَمِيْلُوْا كُلَّ الْمَيْلِ  lafaz كُلَّ di i’rabkan sebagai maf’ul mutlak yang menggantikan mashdar yang dibuangkan ,asalnya adalah فَلاَ تَمِيْلُوْا مَيْلاً كُلَّ المَيْلِ  .
Dan وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الأَقَاوِيْلِ  lafaz بَعْضَdi_i’rabkan sebagai maf’ul mutlak yang menggantikan mashdar yang dibuangkan ,asalnya adalah وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا اَقَاوِيْلَ قَلِيْلَةٍ حَقِيْرَةٍ  .
2.     Lafaz bilangan yang di_tamnyiz_kan dengan mashdar .
Contoh :فَاجْلِدُوْهُمْ ثَمَانِيْنَ جَلْدَةً  ,lafaz  ثَمَانِيْنَ di_i’rabkan sebagai maf’ul mutlak yang menggantikan mashdar yang dibuangkan ,asalnya adalah فَاجْلِدُوْهُمْ جِلْدًا ثَمَانِيْنَ  kemudian dibuangkan lafaz جِلْدًا dan dijadikan sebagai tamnyiz karena maksud ibham kemudian menjadi tafsir bagi bilangan.
3.     Isim alat yang maklum bagi perbuatan.
Contoh :ضَرَبْتُهُ سَوْطًا اَوْ عَصًا اَوْ مَقْرَعَةً  ,tiap-tiap dari lafaz سَوْطًا اَوْ عَصًا اَوْ مَقْرَعَةً  di_i’rabkan sebagai maf’ul mutlak yang menggantikan mashdar yang dibuangkan ,asalnya adalah ضَرْبًا بِسَوْطٍ اَوْ عَصًا اَوْ مَقْرَعَةٍ    ضَرَبْتُهُmaka dibuangkan mashdar dan dipertempatkan mashdar pada tempatnya.
Pembagian mashdar (maf’ul mutlak)
1)    Mashdar mubham.
Yaitu mashdar yang tidak dipahamkan ziyadah (lebih) diatas makna amilnya ,dalam artian Cuma bagi semata-mata taukid saja, mashdar ini tidak dibolehkan membuang amilnya.
2)    Mashdar mukhtash .
Yakni mashdar yang dapat dipahamkan ziyadah (lebih) diatas makna amilnya yaitu mashdar yang yang menyatakan bagi bilangan atau bagi nok, mashdar ini dibolehkan membuangkan amilnya karena memiliki dalil seumpama khabar muqaddam ,dan terkadang wajib membuangkan amilnya,kejadian tersebut terdapat pada mashdar yang jatuh sebagai badal dari fi’ilnya secara sima’i ,seperti :
حَمْدًا وَشُكْرًا لِلَّهِ وَسَعَفْعًلَهُ ,وَ حُبًا وَكَرَامَةً وَلَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَحَنَانَيْكَ وَمَعَاذَاللَّهِ وَغُفْرَانَكَ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَرَيْحَانَهُ  
Dan secara qiyasi pada beberapa tempat,yaitu :
a)     Apabila maf’ul mutlak menjadi khabar dari mubtada .
Contoh :مَا اَنْتَ الْأَسِيْرُ
b)    Mashdar yang bertempat sebagai tafshil bagi madhmun(kandungan) jumlah .
Contoh : فَشَدُّوْا الْوَثَاقَ فَاَمَّا مَنَّا بَعْدُ وَاَمَّا فِدَاءً
c)     Mashdar yang bertempat sebagai taukid bagi madhmun(kandungan) jumlah yang tidak ihtimal bagi jumlah tersebut selainnya.
Contoh : لاَ عَلَى اَلْفِ دِرْهَمٍ اِعْتِرَافًا 

  Ditulis oleh Tgk.Iswandi el_Nisamy







1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.